JAKARTA (Lampost): Fenomena golongan putih (golput) pada Pemilu 2009 dipastikan lebih tinggi daripada Pemilu 2004. Penilaian itu diungkapkan oleh Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Jeirry Sumampow.
Menurut dia, hal itu disebabkan sikap apatisme masyarakat, juga kinerja KPU.
"Saya yakin fenomena golput akan lebih tinggi dari pilkada-pilkada," ujar Jeirry, Minggu (9-11).
Jeirry juga menyebutkan data pemilih yang digunakan untuk Pemilu 2009 merupakan data pilkada. "Banyak masyarakat yang tidak berdomisili sehingga tidak berada di tempat. Ini sudah diprediksi akan golput. Pilkada jelas menunjukkan itu." Golongan putih, mewakili massa mengambang yang tidak memilih apa-apa. Dalam sejumlah pilkada beberapa bulan terkahir, jumlah angka golput melonjak. Yang terbaru ialah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur.
Di sejumlah kota di Jawa Timur, angka golput cukup siginifikan. KPU Probolinggo melaporkan jumlah golput mencapai 57.779 orang atau 36,95 persen. Angka itu jauh lebih besar dibandingkan golput dalam Pilgub Jatim putaran pertama pada 23 Juli 2008 yang tercatat 32 persen dan Pemilihan Wali Kota Kediri pada 23 Oktober 2008 yang hanya 28 persen.
Fenomena itu juga terjadi di Kediri. Bahkan jumlah warga Kota Kediri yang tidak
menggunakan hak pilihnya dalam Pilgub Jawa Timur putaran kedua pada 4 November 2008 melampaui perolehan suara pasangan calon Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa).
Tercatat 78.782 orang atau sekitar 39,41 persen dari jumlah daftar pemilih tetap
(DPT) di kota itu tidak menggunakan hak mereka. Angka itu juga lebih tinggi dari golput pada Pilwali di Probolinggo pada Oktober 2008 yang mencapai 17 persen.
Seperti wabah, lonjakan angka Golput juga terjadi di daerah-daerah antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Kalimantan Timur. Jumlahnya bervariasi, rata-rata di atas 20 persen.
Menurut Jeirry, data ini sangat serius tapi tidak dipedulikan KPU. "KPU sudah tidak ada waktu lagi, jadi bisa diprediksi jumlah golput akan signifikan. Apalagi, ada sejumlah kelompok masyarakat yang menyuarakan dan mengajak masyarakat untuk golput.
Gunakan Hak Pilih
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Mardiyanto mewanti-wanti agar masyarakat menggunakan hak pilih mereka pada Pemilu 2009. Sebab, itu merupakan bentuk kepedulian atas kehidupan bangsa dan negara.
"Masyarat silakan menggunakan haknya pada Pemilu 2009 tanpa ada tekanan dan paksaan dari siapa pun untuk memilih calon pemimpin bangsa sesuai hati nuraninya," kata Mendagri pada peresmian Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, sekitar 410 km dari Kota Jambi, Sabtu (8-11).
Mendagri menambahkan menggunakan hak pilih merupakan bentuk kepedulian terhadap masa depan bangsa dan negara. Namun, Jeirry mengingatkan pendekatan mengenai pentingnya pemilu harus segera dioptimalkan. "Masyarakat sudah jenuh dengan pemilu karena tidak ada perbaikan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Selain itu, sosialisasi KPU dan caleg sangat lemah, jadi harus ada pendekatan untuk menjelaskan urgensi pemilu," kata Jeirry. --sumber lampungpost 10 nopember 2008--
Sunday, November 9, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment